Kemarin__Hari Ini__Besok (Kemarin 4)

Tak sadar, sudah lebih dari 5 bulan sejak terakhir kali kugambarkan kegundahan hati ini di Desa ayahku, Tulehu.  Setelah dengan perdebatan panjang antara kakek dan ayah, ayah dan anak, anak dan tembok..hehehehe, maka pagi ini aku pun berdiri di disi, di dalam antrean check-in salah satu maskapai penerbangan nasional yang belum gulung tikar.

Ticket
Boarding Pass & Pajak Bandara

Entah karena phobia-ku dengan menumpang pesawat terbang atau karena tak lama lagi akan kujumpai sosok lugu dan menggemaskan itu, dadaku berdegup kencang layaknya bass betot di tarik dan dilepaskan oleh seorang waria bertangan kekar, yang terburu-buru memainkan musikny,a karena 2 detik lagi lampu merah tempatnya mengamen akan kembali berwarna hijau. Keras…ya keras sekali, sampai-sampai harus ku usap berulang kali dadaku dengan harapan si jantung sudi kembali normal oleh usapan tanganku. Ahh, tak mau juga. Mendekati akhir antrean aku mempersiapkan tiket dan ransel yang lebih besar dibandingkan badanku, tiba-tiba seorang ibu yang kepayahan menarik-narik tas lusuh beserta anaknya yang masih berumur sekitar 8 tahunan menyapaku..”mas.. beta minta tolong duluan bisa ka seng?” ujar ibu itu meminta untuk mendahului ku untuk melapor petugas check-in. Melihat keadaan si ibu dan anaknya, akhirnya kupersilahkan ibu itu untuk mengambil tempat di depanku, “Ibu..jang panggil beta mas, beta orang Tulehu…ibu maju sudah, seng apa-apa” jawabku sembari melemparkan senyum.

Setelah kejadian itu jantungku kembali normal berdetak, menurut keyakinanku tak ada yang lebih menenteramkan hati selain menolong orang lain yang kesusahan. Dan terbukti aku lupa akan phobia terbangku, dalam hati pun aku bergumam, terimakasih duhai Ibu dengan tas lusuh..

Singkat cerita, aku telah berangkat dengan pesawat dari Bandara Pattimura Ambon dan Tiba dengan perut keroncongan di Bandara Cengkareng. huffh.. kota ini lagi, rasanya seperti mengulum permen yang rasanya seperti penyedap masakan itu “Manis..Asem …As..ah Pahit”. Untungnya aku tak perlu berlama-lama di kota yang dikenal orang sebagai kota metropolitan, Jakarta karena tujuanku sebenarnya adalah Bandar Lampung.  Karena isi dompet yang pas-pasan aku tak dapat melanjutkan perjalananku dengan menggunakan pesawat terbang, yahh.. tak lain karena hidup tanpa pekerjaan tetap memaksa dan memanjakanku untuk banyak ngirit. Perjalananku ku lanjutkan dengan menumpang bus yang termasuk badan usaha milik negara, DAMRI menuju Bandar Lampung. Perjalanan panjang juga melelahkan ini seakan-akan tak ada artinya,  sebab di dalam benakku dari subuh waktu indonesia timur saat aku berada di Ambon hingga sore hari waktu indonesia barat ini, hanya satu yang kubayangkan..Sepiring nasi padang? salah! Nyamannya pendingin udara dalam Bis? salah juga,  godaan tukang jam imitasi yang mengatakan aku lebih gagah bila membeli dan menggunakan jam jualannya? behhh…SALAH BINGITS!!!… “Senyum Manis Wanita si Penjaja Es Campur Waktu Aku Berada Di Tandusnya Gurun”… a.k.a “Kei”..a.k.a..”Lemot” (lama-lama terlihat seperti nama buronan Polisi yang diumumkan di koran pagi tadi).

Ya..wanita itu, salah satu pengobar semangatku, layaknya orasi yang dikumandangkan saat mahasiswa sedang berdemonstrasi menuntut dibatalkannya kenaikan harga BBM, bayangan wanita itu sanggup melecut gairah hidupku untuk bangkit dari keterpurukan. Setelah 3 jam perjalanan Bus yang kutumpangi harus menumpang kapal penyebrangan agar dapat tiba di Pulau sebrang, Lampung melalui pelabuhan penyebra. “Bapak-bapak …Ibu-ibu..karena peraturan pemerintah yang mewajibkan penumpang untuk turun dari bus, dan naik ke tempat yang telah disediakan di atas kapal..maka harap turun perlahan dari bus tanpa membawa selimut dan bantalnya..ya..” heeehh?? oh aku harus turun dari bus yang telah berada dalam lambung kapal penyebrangan untuk naik ke dek penumpang di bagian palka kapal rupanya. Aku beranjak dan tak lama kemudian ku sandarkan punggungku di salah satu bangku yang tersedia di atas kapal.

Makin mendekati pulau”mu” …makin bertambah rinduku …aneh…bukan buat kau duhai wanita pujaanku, tapi pada bapak yang mungkin sedang merenung di teras depan rumah memikirkan masa tuanya. Entahlah aku memang “peragu”, tapi mudah-mudahan ada jalan yang lebih baik di tempat baru nanti. Aku termenung lama, dan akhirnya mataku memutuskan untuk menghianati kesadaranku…tak butuh waktu lama aku pun tertidur dalam posisi dudukku.

Tiba-tiba pengeras suara memerintahkan seluruh penumpang bus dan pemilik kendaraan bermotor untuk bersiap-siap, rupanya aku tertidur cukup lama. Ku usap mataku, dan melangkah menuju bus yang sebelumnya kutumpangi. Tak butuh waktu lama setelah kapal merapat di pelabuhan penyebrangan Bakauheuni, bus kami pun meluncur kembali ke jalan aspal.

Aku yang masih setengah mengantuk berdoa dalam hati ” Ya Alloh…Ya Tuhanku… cukuplah Engkau sebagai penolongku, dan KAU pula lah satu-satunya Penolongku…Bismillah”. Setelah berjam-jam di udara, di laut, di darat… aku menyadari satu hal dalam renunganku menuju wanita dengan senyum manis  berlapis gingsul lucu itu…Tuhanku sayang BINGIIITTTSSS sama aku, buktinya DIA mau melepaskanku dari masa lalu kelamku, buktinya DIA mau membuat seorang wanita cantik menungguku, dan satu bukti lagi DIA mampu membuatku bangkit, berjalan sejauh ini untuk membangunkanku dari mimpi panjangku selama ini….  Pagi itu…di depan pemberhentian terkahir busku…hilang semua kepenatanku, hilang semua sedihku… Senyummu di sana …di balik kaca helm berlabel SNImu…kujumpai kembali wanita yang dulunya kusebut “DIA DALAM TANDA KUTIP”.

PRET!!
DIA DALAM TANDA KUTIP

Semoga cerita ini …dapat terus kutuliskan…semoga hanya kebahagiaan, kalaupun ada sedih jangan terlalu lah sedihnya…hehehehe… 

Bandar Lampung, 13.58 WIB__ Rabu 17 September 2014

Tinggalkan komentar