Kemarin_Hari Ini_Esok (Kemarin 5)

Kemarin_Hari Ini_Esok (Kemarin 5)

Sejak terakhir kali kujejakkan kaki di tanah yang terkenal dengan “wajib belajar” Gajahnya… eh tunggu dulu, kalian tahu kan yang dimaksud dengan daerah yang memiliki sekolah gajah? Kalau diantara kalian ada yang menjawab, Afrika jawabannya tak salah, hanya saja aku tak semampu itu untuk dapat sampai ke sana… Yaa.. Kini kisah “ngebolang” ku sampai pada Bumi Ruwai Jurai atau yang lebih dikenal dengan Bandar Lampung.

Setelah perjumpaanku dengan wanita anggun nan eksotis, walaupun kalau sedang makan sedikit bengis…”Dia Dalam Tanda Kutip” … di depan stasiun kereta Tanjung Karang, yang juga disulap menjadi pemberhentian armada bus Damri dari Jakarta, ada sedikit perasaan yang berbeda saat kulihat senyumnya…mungkinkan ini pangsit? ups wangsit yang akan menunjukkan sesuatu hal yang akan terjadi, entah mengapa hatiku merasakan akan ada sesuatu yang besar, akan mengacak2 rencana hidupku, yang memang sudah berantakan ini….tapi karena kelelahan dengan perjalanan marathon dari Ambon-Jkt-Lampung, kuabaikan dulu saja..

Singkat cerita, aku hidup di kota ini dengan tinggal di indekos yang terdiri dari sebuah kamar ukuran 3×4 serta Bathroom (mainstream banget kalo nyebut wc atau kamar mandi) yang sudah lama bercerai hingga memilih untuk berada 8 meter dari kamar tersebut. Alhasil, bila sedang turun hujan dan perut tak bisa diajak kongkalikong untuk menipu hajat yang ingin dikeluarkan, maka semua kemampuan silat + kungfu + Karate + copet dikejar massa untuk digebuk kepalanya kukerahkan untuk berjingkat-jingkat lari secepat mungkin karena takut baju yang dikenakan menjadi basah….sialnya tak jarang semua ilmu beladiri yang kubaca dari buku novel jaman Indonesia masih makmur kala itu — Kho Ping Ho — tak berbuah manis, satu dua kali pernahlah terpleset dan basah kuyup, bodohnya aku  masih berusaha untuk lari lagi…wohhhh…nasib anak (ketuaan kali ya) kost…

Kembali kusingkat ceritanya… ke episode paling “cetar membahana” dari rangkaian perjalanan raga ini… Melamar untuk Menikahi …wanita pujaan hati itu …

Selama lebih dari 10 tahun hidup dengan berbagai dinamika hubungan tanpa arah, kini aku dihadapkan dengan pilihan “sekarang…atau tidak sama sekali..” Galau…?? Pasti…Sebabnya?? Apalah aku, pria luntang lantung yang selama ini berteman akrab dengan ketidakpastian, belum lagi stabilitas ekonomi yang jauh dari stabil dan kontra akan kemapanan, ditambah lagi… aku sendiri di sini…tak ada teman…tak ada sanak saudara…hanya kecoa yg sering menyapaku di malam hari…tatkala hewan itu iseng bertamu melalui celah pintu 😦 lantas bagaimana caranya untuk melamar pun tak pernah kupelajari di bangku sekolah bahkan hingga ke jenjang strata satu yang kucicipi… Ahhh… semua terasa mustahil…

Kukumpulkan keberanian, dengan meminta wejangan2 dari Bapak sang Superman tanpa pakaian ketat bersayap itu…kubaca semua doa2 yang pernah ku ketahui.. diujung Sholatku…bahkan saking khusuknya dalam memanjatkan doa…tak jarang doa makan …dan doa masuk kamar mandi pun terpanjatkan … Selang beberapa minggu setelah berkutat dengan gelisah, takut, menangis, tertawa, kecoa yang masih sering datang untuk “say HI”, dan kecemasan2 yg berkecamuk di dalam hati layaknya perang antara Ultramen Vs Monster Kecoa yang memporak-porandakan bangunan kota…Akhirnya …kutemukan 1 kata BERANI (nekat lebih tepatnya)… Selanjutnya tanpa bertanya-tanya kepada siapapun, esoknya dengan ke-nekatan… sembari berdoa di depan pintu kamar kost agar diberi kemudahan …Bismillah… kumulai dengan kaki kanan untuk melangkah menuju rumah calon istriku …untuk memulai 1 tahap yang benar2 akan mengubah pandanganku tentang arti hidup sebenarnya… selanjutnya…dengan langkah pasti layaknya tentara yang sedang berbaris menuju medan perang…. aku berjalan menuju tempat biasanya untuk menunggu angkot di bawah lampu merah depan mesjid itu… ya…sendiri… naik angkot…(ngenesss)

Sejurus kemudian aku telah berdiri di depan pintu calon mertua, dengan tampilan seadanya yaitu celana Jeans + Kemeja Baru (yang sebenarnya termasuk dalam kostum yang sangat…sangat …sangat salah untuk melakukan prosesi melamar anak gadis orang)… wajah yang kumanis2kan agar tak terlihat gugup (menyerupai orang yang kebelet akibat diare akut + diterpa angin sepoi2 …bisa dibayangkan kan??? )…

“Assalamualaikum…” adalah kata pertama yang terucap saat berada di depan pintu rumah “wanita dalam tanda kutip” itu…. (BERSAMBUNG)

 

NB: Maaf…belum bisa dilanjutkan… Entah kenapa penulis…benar-benar kebelet :(… see U again 🙂

Antara Surat Al ‘Ankabut, Bapak dan Aku

Tiba-tiba aku kaku, rasanya semua air mataku tertumpah hari ini…  Mengapa? inilah penyebabnya:

Al ‘Ankabut  (29:2) :  “Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?”

Tersentak bayangan di kepalaku adalah Bapak… ya..Bapakku.  Di dalam penjelasan ayat tersebut oleh salah satu ustadz yang tak ku kenal namanya di video Youtube tadi malam, mengatakan.. “Bila sudah tak ada lagi cobaan dari hidupmu, mungkin saja kau telah di tinggalkan oleh Allah SWT” (kira-kira seperti itulah soalnya aku tak terlalu paham bahasa Inggrisnya). Penjelasan dan salah satu ayat Al Quran tersebutlah yang membuat ku tersentak mengingat bapakku yang sekarang mungkin tengah kepayahan seorang diri di kampungnya merawat ayahnya.

Dulu aku pernah bertanya-tanya dalam hatiku, dalam sujudku, dalam diamku… “Bapakku orangnya baiiiikkkk sekali..tapi koq hidupnya tragis banget sih? Dia suka menolong orang — muncul kembali dalam bayangan masa laluku tentang bapak: Ia tergopoh-gopoh mengambil tas berbahan jeans, di dalamnya terdapat berbagai macam obat-obat2an, steteskop, tensimeter, alat suntik dll… jam di dinding menunjukkan pukul 22.00 WIT… “bapak mau kemana? tanyaku… “Mau ke rumah om (lupa namanya)  dia sakit, kamu mau ikut?” balas tanya bapak kepadaku… dengan semangat dan setengah berlari aku langsung meraih sendal dan duduk di jok motor bebek bapak …Singkatnya kami telah tiba di rumah..om (lupa namanya) …singkatnya lagi bapak telah melakukan semua tahapan-tahapan pengobatan yang di pelajarinya sewaktu belajar menjadi mantri di sekolah kesehatan dulu… Om (lupa namanya): “Bapa…ini ..” sembari menyodorkan beberapa lembar uang kertas, sebagai balas jasa kepada bapakku… Bapak: “ceee’ tidak usah, macam orang lain saja..hogaa..” sembari melempar senyum kecil.. Aku: “pakk…pulangg..”

Kejadian serupa di atas hampir di jalani Bapakku seumur hidupnya, kalau saja ia tak pensiun dan pulang ke kampungnya …mungkin sampai sekarang peristiwa seperti itu akan terus di jalani nya. Baikk kan bapakku ??? itu baru satu contoh.. contoh lainnya …sedikit lebih tragis…  tak layak kutuliskan … tapi sangat tragis… Suka menolong, tanpa pamrih, cinta keluarganya…tapi sialnya sering di khianati … Cobaan 1.   Berkorban demi orang lain, demi adik, kakak, tetangga, negara.. tapi kini di khianati … Cobaan 2. … TUNGU DULU!! kalau ku tuliskan semua ada lebih 1000 bahkan lebih cobaan.. capek ngetiknya.

Bapak..ternyata di sayang …sangat disayang… Dari ceritanya sering mendapat cobaan waktu ia masih kecil…hingga cerita tentang cobaan, terhangat dan terbaru  yang keluar dari mulutnya saat aku mendengar sedihnya “seluruh hasil upaya studinya TERBAKAR” …. Dari awal hidupnya ..mungkin…mungkin saja Allah SWT mengujinya…tak ada nikmat yang lebih besar dari pada ujian Sang Pemilik Bumi dan Ciptaan-NYA, …karena kembali berdasarkan ucapan Ustadz di dalam video Youtube itu… “Bila sudah tak ada lagi cobaan dari hidupmu, mungkin saja kau telah di tinggalkan oleh Allah SWT”  … Bapak..ternyata di sayang …sangat disayang…

Horeeee…..Bapakku masih dicoba …. Cobaaan bapak sangat banyak, tapi ia tak menyerah…cobaan bapak sangat menyedihkan…tapi ia masih tersenyum… cobaan bapak parah bingitss…tapi ia masih cemungudh…. Ah… Bapak … sabar yaaaa…

Bapak
Bapak dan “Cobaan2 kecilnya”

Surat Al ‘Ankabut (29:69) : “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari) keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Di akhir video Youtube itu lah …. tiba-tiba badanku terasa kaku… air mataku tak mau berhenti… Bisikku dalam hati “Ya ALLAH… YA TUHANKU…AMPUNILAH AKU..DAN KEDUA ORANG TUAKU.. SAYANGILAH MEREKA…SEBAGAIMANA MEREKA MENYAYANGIKU DI WAKTU AKU KECIL” …

 

Bandar Lampung, 23 September 2014 (00.05 WIB)

Kemarin__Hari Ini__Besok (Kemarin 4)

Tak sadar, sudah lebih dari 5 bulan sejak terakhir kali kugambarkan kegundahan hati ini di Desa ayahku, Tulehu.  Setelah dengan perdebatan panjang antara kakek dan ayah, ayah dan anak, anak dan tembok..hehehehe, maka pagi ini aku pun berdiri di disi, di dalam antrean check-in salah satu maskapai penerbangan nasional yang belum gulung tikar.

Ticket
Boarding Pass & Pajak Bandara

Entah karena phobia-ku dengan menumpang pesawat terbang atau karena tak lama lagi akan kujumpai sosok lugu dan menggemaskan itu, dadaku berdegup kencang layaknya bass betot di tarik dan dilepaskan oleh seorang waria bertangan kekar, yang terburu-buru memainkan musikny,a karena 2 detik lagi lampu merah tempatnya mengamen akan kembali berwarna hijau. Keras…ya keras sekali, sampai-sampai harus ku usap berulang kali dadaku dengan harapan si jantung sudi kembali normal oleh usapan tanganku. Ahh, tak mau juga. Mendekati akhir antrean aku mempersiapkan tiket dan ransel yang lebih besar dibandingkan badanku, tiba-tiba seorang ibu yang kepayahan menarik-narik tas lusuh beserta anaknya yang masih berumur sekitar 8 tahunan menyapaku..”mas.. beta minta tolong duluan bisa ka seng?” ujar ibu itu meminta untuk mendahului ku untuk melapor petugas check-in. Melihat keadaan si ibu dan anaknya, akhirnya kupersilahkan ibu itu untuk mengambil tempat di depanku, “Ibu..jang panggil beta mas, beta orang Tulehu…ibu maju sudah, seng apa-apa” jawabku sembari melemparkan senyum.

Setelah kejadian itu jantungku kembali normal berdetak, menurut keyakinanku tak ada yang lebih menenteramkan hati selain menolong orang lain yang kesusahan. Dan terbukti aku lupa akan phobia terbangku, dalam hati pun aku bergumam, terimakasih duhai Ibu dengan tas lusuh..

Singkat cerita, aku telah berangkat dengan pesawat dari Bandara Pattimura Ambon dan Tiba dengan perut keroncongan di Bandara Cengkareng. huffh.. kota ini lagi, rasanya seperti mengulum permen yang rasanya seperti penyedap masakan itu “Manis..Asem …As..ah Pahit”. Untungnya aku tak perlu berlama-lama di kota yang dikenal orang sebagai kota metropolitan, Jakarta karena tujuanku sebenarnya adalah Bandar Lampung.  Karena isi dompet yang pas-pasan aku tak dapat melanjutkan perjalananku dengan menggunakan pesawat terbang, yahh.. tak lain karena hidup tanpa pekerjaan tetap memaksa dan memanjakanku untuk banyak ngirit. Perjalananku ku lanjutkan dengan menumpang bus yang termasuk badan usaha milik negara, DAMRI menuju Bandar Lampung. Perjalanan panjang juga melelahkan ini seakan-akan tak ada artinya,  sebab di dalam benakku dari subuh waktu indonesia timur saat aku berada di Ambon hingga sore hari waktu indonesia barat ini, hanya satu yang kubayangkan..Sepiring nasi padang? salah! Nyamannya pendingin udara dalam Bis? salah juga,  godaan tukang jam imitasi yang mengatakan aku lebih gagah bila membeli dan menggunakan jam jualannya? behhh…SALAH BINGITS!!!… “Senyum Manis Wanita si Penjaja Es Campur Waktu Aku Berada Di Tandusnya Gurun”… a.k.a “Kei”..a.k.a..”Lemot” (lama-lama terlihat seperti nama buronan Polisi yang diumumkan di koran pagi tadi).

Ya..wanita itu, salah satu pengobar semangatku, layaknya orasi yang dikumandangkan saat mahasiswa sedang berdemonstrasi menuntut dibatalkannya kenaikan harga BBM, bayangan wanita itu sanggup melecut gairah hidupku untuk bangkit dari keterpurukan. Setelah 3 jam perjalanan Bus yang kutumpangi harus menumpang kapal penyebrangan agar dapat tiba di Pulau sebrang, Lampung melalui pelabuhan penyebra. “Bapak-bapak …Ibu-ibu..karena peraturan pemerintah yang mewajibkan penumpang untuk turun dari bus, dan naik ke tempat yang telah disediakan di atas kapal..maka harap turun perlahan dari bus tanpa membawa selimut dan bantalnya..ya..” heeehh?? oh aku harus turun dari bus yang telah berada dalam lambung kapal penyebrangan untuk naik ke dek penumpang di bagian palka kapal rupanya. Aku beranjak dan tak lama kemudian ku sandarkan punggungku di salah satu bangku yang tersedia di atas kapal.

Makin mendekati pulau”mu” …makin bertambah rinduku …aneh…bukan buat kau duhai wanita pujaanku, tapi pada bapak yang mungkin sedang merenung di teras depan rumah memikirkan masa tuanya. Entahlah aku memang “peragu”, tapi mudah-mudahan ada jalan yang lebih baik di tempat baru nanti. Aku termenung lama, dan akhirnya mataku memutuskan untuk menghianati kesadaranku…tak butuh waktu lama aku pun tertidur dalam posisi dudukku.

Tiba-tiba pengeras suara memerintahkan seluruh penumpang bus dan pemilik kendaraan bermotor untuk bersiap-siap, rupanya aku tertidur cukup lama. Ku usap mataku, dan melangkah menuju bus yang sebelumnya kutumpangi. Tak butuh waktu lama setelah kapal merapat di pelabuhan penyebrangan Bakauheuni, bus kami pun meluncur kembali ke jalan aspal.

Aku yang masih setengah mengantuk berdoa dalam hati ” Ya Alloh…Ya Tuhanku… cukuplah Engkau sebagai penolongku, dan KAU pula lah satu-satunya Penolongku…Bismillah”. Setelah berjam-jam di udara, di laut, di darat… aku menyadari satu hal dalam renunganku menuju wanita dengan senyum manis  berlapis gingsul lucu itu…Tuhanku sayang BINGIIITTTSSS sama aku, buktinya DIA mau melepaskanku dari masa lalu kelamku, buktinya DIA mau membuat seorang wanita cantik menungguku, dan satu bukti lagi DIA mampu membuatku bangkit, berjalan sejauh ini untuk membangunkanku dari mimpi panjangku selama ini….  Pagi itu…di depan pemberhentian terkahir busku…hilang semua kepenatanku, hilang semua sedihku… Senyummu di sana …di balik kaca helm berlabel SNImu…kujumpai kembali wanita yang dulunya kusebut “DIA DALAM TANDA KUTIP”.

PRET!!
DIA DALAM TANDA KUTIP

Semoga cerita ini …dapat terus kutuliskan…semoga hanya kebahagiaan, kalaupun ada sedih jangan terlalu lah sedihnya…hehehehe… 

Bandar Lampung, 13.58 WIB__ Rabu 17 September 2014

Kemarin__Hari Ini__Besok (Kemarin-3)

Hai..heloohh…hehehe..ini aku, kembali menuliskan jejak-jejak yg telah kujalani…
Kali ini mungkin tak banyak cerita yang bisa di tuliskan….
Kadang2 aku bertanya akan sampai di mana ujung perjalanan dan cerita ini, walaupun tak semiris cerita pilu TKI yg disiksa majikannya atau sehoror pocong yang menakut-nakuti orang yg sedang pacaran di taman, tapi terasa cukup menyesakkan…ya menyesakkan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan perjalanan kali ini…

foto0198
Kemarin aku sempat menjalani hidup di salah satu kota di Indonesia bagian barat tepatnya Bandar Lampung. bertemu dengan seorang waria..eh wanita (penulis yakin yg wanita ini pasti masih dalam kegalauan antara sebel dan kangen berikut geram ingin mencekik penulis). Wanita ini spesial saudara-saudara pembaca yang budiman, yaaa..spesial…si wanita spesial nan unik ini adalah satu2nya wanita yg sangat…sangat..sangat penyabar..bahkan saking sabarnya dia bersedia mengabaikan marahnya demi aku (mudah2an dengan tulisan ini si wanita Spesial ini luluh dan mau bilang “ahhh mamas ganteng…mana bisa aku marah sama kamu”…hihihihi).

Lanjutkan membaca “Kemarin__Hari Ini__Besok (Kemarin-3)”

KEMARIN, HARI INI, BESOK (KEMARIN-2)

Hari ini ku lanjutkan lagi menulis sekelumit kisah perjalanan yang banyak merubah “aliran” kepercayaanku…terutama tentang apa itu hidup

Tak terasa perjalanan ku menggunakan si baja putih (nahhhh kan ketulis lagi…ralat ya…)…..Tak terasa perjalananku menggunakan kapal yang super jorok & sumpek ini tiba di tujuan…setelah seminggu diombang ambingkan ombak pada luasnya sang samudera, singkat cerita akhirnya aku bisa menginjakkan kaki di daratan kota kecil yang hmmm…tampaknya cukup ramah…KEDIRI..begitu orang2 menyebut kota ini…itu juga nama yang tertulis di PETA Indonesia…Ke..di..ri..

Lanjutkan membaca “KEMARIN, HARI INI, BESOK (KEMARIN-2)”